| Foto, Persijap Jepara. |
Queensha.id - Jepara,
Klub kebanggaan warga Jepara, Persijap Jepara, tengah berada dalam periode kelam. Setelah menelan lima kekalahan beruntun di ajang Super League 2025/2026, tim berjuluk Laskar Kalinyamat kini terdampar di posisi ke-15 klasemen sementara, hanya satu langkah dari zona degradasi.
Dari 10 laga yang telah dijalani, Persijap baru mengantongi 8 poin, hasil dari dua kemenangan, dua imbang, dan enam kekalahan. Ironisnya, empat dari enam kekalahan tersebut terjadi di kandang sendiri, Stadion Gelora Bumi Kartini (GBK) Jepara yang merupakan tempat yang biasanya menjadi benteng kokoh dan kebanggaan publik Jepara.
Persijap tumbang di depan publiknya saat menjamu Persita (1–2), Persik (0–2), Bali United (1–2), dan Malut United (1–2). Kekalahan terakhir bahkan memicu aksi protes dari suporter yang kecewa berat terhadap performa tim dan kebijakan manajemen.
Tribun Kosong, Suporter “Boikot” Laga Kandang
Dalam laga melawan Malut United, Senin (3/11/2025), suasana di GBK Jepara terasa janggal. Tribun utara, timur, dan selatan yang biasanya bergemuruh dengan nyanyian suporter, kini lengang dan sunyi. Hanya sekitar 1.500 penonton yang hadir dari biasanya mencapai 5.000-an orang.
Beberapa kelompok suporter bahkan mengirim karangan bunga duka cita ke mess pemain usai kekalahan dari Bali United yang merupakan simbol kekecewaan mendalam atas performa tim.
“Masalah utamanya tentu performa tim. Sudah kalah beruntun, tapi harga tiket juga masih tinggi. Wajar kalau teman-teman memilih diam dulu,” ujar Agus Supriyanto, Ketua Umum DPP Barisan Suporter Persijap Sejati (Banaspati), Selasa (4/11/2025).
Menurut Agus, para pendukung menuntut evaluasi besar-besaran dari manajemen, termasuk perombakan skuad dan peningkatan kualitas pemain menjelang bursa transfer.
“Kalau Persijap mau bersaing di papan tengah, ya harus berbenah total. Kalau tidak, bisa tenggelam,” tegasnya.
Manajemen Janji Evaluasi dan Bangkit
Manajer Persijap, Egat Sacawijaya, mengaku memahami kemarahan dan kekecewaan suporter. Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak tinggal diam dan terus melakukan evaluasi mendalam bersama tim pelatih.
“Kami paham betul rasa kecewa suporter. Kami di manajemen juga merasakannya. Tapi sekarang saatnya membuktikan di lapangan,” ujar Egat.
Menurutnya, pelatih Mario Lemos masih diberi kepercayaan penuh untuk memimpin tim. “Pergantian pelatih atau pemain belum bisa dilakukan karena bursa transfer belum dibuka. Sekarang fokus kami adalah memperbaiki permainan dengan skuad yang ada,” katanya.
Egat menegaskan, tim tengah meracik ulang strategi permainan untuk memperbaiki performa. “Kemarin sudah ada perubahan formasi, dan secara permainan mulai membaik, meski hasilnya belum maksimal. Kami optimistis kemenangan akan datang,” imbuhnya.
Momentum Kebangkitan atau Awal Kejatuhan?
Dengan posisi yang kian tertekan di papan bawah, Persijap harus segera memetik kemenangan jika tak ingin terseret ke zona degradasi. Dukungan publik Jepara yang dulu begitu solid kini mulai retak dan hanya hasil positif yang bisa memperbaikinya.
“Pertandingan berikutnya harus menang. Itu komitmen kami,” tegas Egat.
Kini, publik Jepara menanti: apakah Persijap mampu bangkit dan mengembalikan kepercayaan suporter, atau justru terperosok lebih dalam di jurang degradasi?
***
(Tim Redaksi Queensha Jepara, 6 November 2025)