Notification

×

Iklan

Iklan

Mengapa Orang Kaya Makin Kaya, dan Kelas Menengah Tetap di Tempat: Ini 10 Rahasianya!

Selasa, 11 November 2025 | 21.29 WIB Last Updated 2025-11-11T14:31:37Z

Foto, ilustrasi. (Orang kaya raya dengan uang dolar dan rupiah)

Queensha.id – Ekonomi & Kehidupan,



Kesenjangan antara orang kaya dan kelas menengah kini bukan sekadar isu sosial, tapi realitas ekonomi yang kian menganga. Orang kaya tampak mudah menggandakan kekayaannya, sementara kelas menengah terus bekerja keras hanya untuk “tetap bisa bertahan.”


Fenomena ini bukan soal malas atau rajin, apalagi keberuntungan semata. Sistem ekonomi modern memang secara struktural berpihak pada mereka yang sudah memiliki modal. Bagi yang hidup dari tenaga, bukan dari aset, roda ekonomi justru berputar melawan arah mereka.



Berikut 10 alasan mengapa jurang ekonomi makin lebar dari tahun ke tahun:



1. Bunga Berbunga: Sahabat Aset, Musuh Utang


Bagi orang kaya, bunga berbunga (compound interest) adalah mesin kekayaan. Investasi di saham, tanah, atau bisnis terus berputar menghasilkan keuntungan baru.


Namun bagi kelas menengah, bunga justru menjadi beban. Cicilan motor, rumah, hingga kartu kredit membuat mereka membayar bunga atas bunga dan terjebak di lingkaran utang tanpa ujung.



2. Pajak Berat Bagi Pekerja, Ringan Bagi Pemilik Modal


Gaji dipotong pajak setiap bulan, tapi kenaikan nilai tanah atau saham tak dipajaki sebelum dijual. Itulah mengapa pekerja bergaji tetap membayar lebih banyak dibanding mereka yang hidup dari aset dan meskipun nilai kekayaannya jauh lebih kecil.



3. Aturan 4 Persen vs 50 Persen


Mereka yang punya modal bisa hidup dari bunga atau hasil investasi, cukup menarik 4% per tahun dari total aset tanpa menyentuh pokok modal. Sebaliknya, kelas menengah menghabiskan hingga 50% pendapatannya untuk biaya hidup, cicilan, dan pajak—hampir tanpa ruang untuk investasi.



4. Leverage: Senjata Kaya, Jebakan bagi Menengah


Bank memberi bunga pinjaman rendah kepada orang kaya karena jaminannya kuat. Mereka bisa meminjam 1 miliar dengan bunga 6% untuk investasi yang menghasilkan 12%. Kelas menengah? Pinjam 200 juta untuk beli rumah, mobil, atau biaya hidup hingga semuanya aset yang nilainya turun.



5. Kesabaran Adalah Keuntungan


Saat pasar jatuh, orang kaya menunggu atau bahkan membeli lebih banyak aset di harga murah. Kelas menengah panik dan menjual karena butuh uang tunai. Yang sabar mendapatkan keuntungan; yang butuh justru rugi.



6. Perangkap Dua Penghasilan


Kini banyak keluarga menggantungkan dua gaji untuk bertahan. Tapi dua penghasilan sering berarti dua beban: pajak ganda, transportasi, anak, dan gaya hidup naik. Hilang satu sumber, keuangan langsung goyah.



7. Pendidikan: Akses Beda, Hasil Beda


Kelas menengah kuliah demi pekerjaan tetap. Orang kaya kuliah demi jaringan dan peluang bisnis. Sama-sama bergelar sarjana, tapi hasilnya jauh berbeda: satu punya gaji, satu punya aset.



8. Inflasi: Pajak Tak Terlihat


Harga naik setiap tahun, bunga tabungan tidak. Penabung kehilangan daya beli, sementara pemilik aset malah untung karena nilai tanah, saham, dan bisnis ikut naik melampaui inflasi.



9. Nilai Waktu: Bekerja vs Uang yang Bekerja


Pekerja dibayar per jam. Tidak bekerja, tidak dibayar. Orang kaya mendapat uang dari dividen, sewa, dan kenaikan nilai aset bahkan saat tidur. Waktu mereka berlipat ganda karena uangnya juga bekerja.



10. Kecepatan Uang Berputar


Uang orang kaya berputar tanpa henti lewat investasi. Uang kelas menengah berhenti setiap kali gaji cair dan langsung habis untuk tagihan dan kebutuhan pokok.



Adakah Jalan Keluar?


Sistem ekonomi memang tidak curang, tapi juga tidak adil. Ia memberi keunggulan bagi yang memiliki modal, bukan bagi yang sekadar bekerja keras.
Langkah pertama keluar dari jebakan ini adalah mengubah tenaga menjadi kepemilikan.


Mulailah dari kecil yaitu menabung, membeli aset produktif, atau berinvestasi pada pengetahuan keuangan.


Karena pada akhirnya, yang membedakan orang kaya dan kelas menengah bukan seberapa keras mereka bekerja, tapi seberapa keras uang mereka bekerja untuk mereka.


***

Tim Redaksi Queensha Jepara