| Foto, Fredi Marbun (istimewa) |
Queensha.id - Jakarta,
Suara kritis terhadap kepemimpinan Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pdt. Dr. Viktor Tinambunan kian menguat. Salah satu yang lantang menyuarakan keprihatinan adalah Fredi Marbun, tokoh pergerakan, pemerhati HKBP, dan aktivis toleransi yang dikenal vokal melawan radikalisme.
Melalui surat terbuka yang beredar luas di kalangan jemaat dan media sosial, Fredi menyerukan agar Ephorus Viktor Tinambunan mundur dari jabatannya. Ia menilai kepemimpinan Viktor telah menyimpang dari semangat pelayanan gereja yang tulus dan rohani.
HKBP Dinilai Menyimpang dari Arah Pelayanan
Dalam pernyataannya, Fredi menegaskan bahwa HKBP kini cenderung dijadikan alat kepentingan kelompok tertentu.
“Banyak keputusan yang diambil tidak lagi mencerminkan suara jemaat, melainkan sarat dengan politisasi dan kepentingan tersembunyi yang dibungkus simbol-simbol rohani,” tulisnya.
Menurutnya, semangat pengabdian yang diwariskan oleh para missionaris dan Pdt. Ingwer Ludwig Nommensen kini mulai memudar, tergantikan oleh praktik kepemimpinan yang lebih condong pada kekuasaan ketimbang pelayanan.
Masalah Internal yang Tak Terselesaikan
Fredi menyoroti sejumlah persoalan internal HKBP yang disebut tak kunjung ditangani secara serius, mulai dari konflik pendirian gereja di berbagai wilayah, ketidaktransparanan keuangan, hingga pemindahan pendeta yang berbeda pandangan.
“Alih-alih menyelesaikan persoalan internal, Ephorus justru sibuk mencampuri urusan eksternal seperti polemik PT Toba Pulp Lestari (TPL). Seharusnya, selesaikan dulu luka di dalam tubuh gereja sebelum menuding keluar,” tegasnya.
Desakan Moral agar Ephorus Mundur
Fredi menyebut langkah mundur adalah tindakan moral terbaik untuk menjaga keutuhan, wibawa, dan marwah HKBP.
“Langkah ini bukan tuntutan politik, tetapi panggilan nurani demi pemulihan rohani dan perbaikan tata kelola gereja yang bersih, transparan, dan beretika,” tulisnya lagi.
Ia menegaskan bahwa HKBP bukan milik pribadi atau kelompok, melainkan milik seluruh jemaat dan umat yang percaya.
Seruan Reformasi Pelayanan
Dalam surat terbuka tersebut, Fredi juga mengajak seluruh pelayan dan jemaat HKBP untuk melakukan refleksi dan reformasi pelayanan.
“HKBP harus kembali menjadi rumah besar yang damai dan teduh, berpihak kepada jemaat, bukan kepada kepentingan pribadi atau politik,” katanya.
Ia menyerukan agar pimpinan gereja membuka ruang dialog dan introspeksi, demi mengembalikan HKBP sebagai teladan kasih Kristus.
Mengingat Semangat Nommensen
Fredi menutup suratnya dengan mengutip semangat pelayanan Pdt. Ingwer Ludwig Nommensen, tokoh legendaris yang dikenal membawa terang Injil ke Tanah Batak.
“Gereja harus menjadi terang dan garam di tengah dunia,” tulisnya mengutip pesan Nommensen.
Namun, ia menilai, terang itu kini mulai redup akibat kepemimpinan yang tidak lagi berakar pada kasih dan pelayanan sejati.
Ancaman Aksi “Selamatkan HKBP”
Sebagai bentuk tekanan moral, Fredi bersama sejumlah tokoh pergerakan berencana menggelar aksi besar bertajuk “Mimbar 30.000 Jemaat HKBP: Selamatkan HKBP”, bila desakan ini tak direspons.
“Kami tidak mencari kekuasaan, kami menegakkan kebenaran. Jika gereja dibungkam, maka suara jemaat akan bersatu di mimbar kebenaran untuk menyelamatkan HKBP,” tegasnya menutup surat tersebut.
Seruan terbuka ini menjadi sinyal kuat bahwa dinamika internal HKBP tengah memasuki babak krusial. Jemaat kini menantikan bagaimana pimpinan gereja terbesar di Indonesia itu merespons desakan moral untuk kembali pada nilai-nilai pelayanan yang murni dan penuh kasih.
***
Laporan: Tim Redaksi Queensha Jepara.