Notification

×

Iklan

Iklan

Disalatkan Tanpa Nama, 24 Korban Banjir Bandang Padang Pergi dalam Sunyi

Sabtu, 13 Desember 2025 | 09.21 WIB Last Updated 2025-12-13T02:22:23Z

Foto, peti jenazah korban banjir besar di Padang, Sumatera Barat.


Queensha.id - Padang,


Langit Kota Padang seolah enggan berhenti menangis. Hujan yang turun perlahan di Masjid Syekh Al Minangkabawi, Rabu pagi, menjadi saksi bisu perpisahan paling sunyi: 24 jenazah tanpa identitas disalatkan bersama, tanpa keluarga, tanpa nama, hanya angka dan daerah asal yang tertulis di nisan.


Mereka adalah korban banjir bandang dan tanah longsor yang meluluhlantakkan Sumatra Barat. Tubuh-tubuh yang tak lagi dikenali itu akhirnya dilepas ke keabadian melalui pemakaman massal, diiringi doa ratusan pelayat dari berbagai kalangan—masyarakat, relawan, TNI, Polri, hingga aparatur sipil negara.


Kapolda Sumatra Barat, Irjen Pol Gatot Tri Suryanta, memimpin langsung salat jenazah. Usai prosesi, ia menyampaikan kabar duka yang menyesakkan.


“Hingga Kamis siang, korban meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor berjumlah 238 jiwa. Dari jumlah tersebut, 24 orang belum diketahui identitasnya,” ujarnya, Kamis (11/12/2025).



Upaya Identifikasi yang Tak Berbuah Nama


Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri telah mengerahkan seluruh kemampuan—mulai dari pencocokan visual hingga pengambilan sampel DNA. Namun hingga batas waktu pemakaman, tak satu pun identitas berhasil dipastikan.


Di antara jenazah tersebut, 17 berasal dari Kabupaten Agam, enam dari Padang Pariaman, dan satu dari Kota Padang Panjang. Mereka kemudian dimakamkan di TPU Bungus, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang yang berbaris rapi dalam satu liang besar, menunggu kemungkinan dikenali di masa depan.


“Jika di kemudian hari ada keluarga yang DNA-nya cocok, pemindahan jenazah akan diizinkan,” kata Gatot, memberi secercah harapan di tengah kehilangan.


Polri juga membuka pintu bagi warga yang merasa kehilangan anggota keluarga, melalui posko DVI terdekat maupun layanan pengaduan di nomor 110.



Pergi Tanpa Pelukan Keluarga


Tak ada isak keluarga yang memanggil nama. Tak ada kisah hidup yang dibacakan. Hanya doa-doa lirih dan wajah-wajah pelayat yang tertunduk. Mereka pergi tanpa pernah tahu siapa yang akan merindukan, dan keluarga mereka, jika masih ada kemungkinan masih menunggu tanpa kepastian.


Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatra Barat, Syaifullah, menyebutkan pemakaman massal ini diputuskan melalui rapat lintas instansi. Seluruh biaya ditanggung oleh Dinas Sosial Provinsi Sumbar, sebagai bentuk tanggung jawab negara terhadap warganya, meski tanpa identitas.



Luka Panjang di Sumatra


Bencana hidrometeorologi ini tak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menyisakan duka kolektif. Di tiga provinsi terdampak—Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat—jumlah korban meninggal telah melampaui 960 jiwa, sementara ratusan lainnya masih dinyatakan hilang.


Pemerintah Provinsi Sumatra Barat telah memperpanjang masa tanggap darurat hingga 22 Desember 2025, demi memaksimalkan evakuasi, pemulihan akses vital, serta pendataan kerusakan.


Namun di balik angka dan kebijakan, ada 24 manusia yang telah dimakamkan tanpa nama. Mereka adalah pengingat paling sunyi bahwa bencana tidak hanya menghancurkan rumah dan jalan, tetapi juga menghapus jejak hidup seseorang dari ingatan dunia.


***

Tim Redaksi.