Queensha.id — Edukasi Sosial & Islami,
Hari itu bukan seperti hari-hari di dunia. Langit terbelah, gunung-gunung dihancurkan, dan manusia dibangkitkan dari kubur dalam keadaan telanjang, ketakutan, dan kebingungan. Tidak ada lagi jabatan, pengawal, atau gelar kehormatan. Semua berdiri setara di Padang Mahsyar.
Di tengah lautan manusia, tampak sekelompok orang berjalan tertatih. Wajah mereka gelap, tubuhnya berat, seolah dipaksa memikul beban tak kasatmata namun menyiksa. Di pundak dan leher mereka, tergantung emas, perak, uang, serta harta yang dahulu dikumpulkan dengan cara khianat dan zalim.
Merekalah para koruptor.
Harta Dunia Berubah Menjadi Siksa
Di dunia, mereka tampil rapi di depan kamera. Berpidato tentang integritas, bersumpah atas nama Tuhan, dan mengaku pelayan rakyat. Namun di balik meja kekuasaan, amanah dikhianati dan hak umat dirampas.
Di akhirat, hakikat itu dibuka tanpa ampun. Emas yang dulu disimpan berubah menjadi lempengan api. Uang hasil korupsi menjelma belenggu panas yang melilit leher dan tangan.
Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka azab yang pedih.”
(QS. At-Taubah: 34).
Harta itu dipanaskan di neraka Jahannam, lalu disetrikakan ke dahi, lambung, dan punggung mereka. Teriakan penyesalan pun menggema, namun tak lagi berguna.
Pengkhianat Amanah Dipermalukan Terbuka
Rasulullah SAW telah mengingatkan:
“Barangsiapa berkhianat dalam amanah, maka ia akan datang pada Hari Kiamat sambil memikul apa yang ia khianati.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Ada yang memikul karung uang, ada yang menyeret peti emas, ada pula yang membawa dokumen proyek yang dulu dimanipulasi. Semua disaksikan seluruh makhluk. Tak ada rapat tertutup. Tak ada amplop rahasia.
Malaikat berseru:
“Inilah para pengkhianat amanah umat!”
Wajah mereka tertunduk. Tak satu pun pembela.
Rakyat Kecil Menuntut Hak
Datanglah orang-orang yang dulu dizalimi: rakyat miskin, anak yatim, janda, dan mereka yang haknya dirampas. Doa-doa yang dahulu dianggap sepele kini berubah menjadi tuntutan di hadapan Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kezaliman adalah kegelapan pada Hari Kiamat.”
(HR. Muslim).
Pahala para koruptor dipindahkan satu per satu kepada korban kezaliman. Ketika pahala habis, dosa rakyat ditimpakan kepada mereka. Penyesalan pun mencapai puncaknya, namun pintu taubat telah tertutup.
Pengamat Sosial Jepara: Korupsi Bukan Sekadar Kejahatan Hukum
Pengamat sosial asal Jepara, Purnomo Wardoyo, menegaskan bahwa korupsi bukan hanya pelanggaran hukum negara, tetapi juga kejahatan moral dan spiritual.
“Korupsi itu pengkhianatan berlapis. Mengkhianati negara, rakyat, dan Tuhan. Kalau di dunia masih bisa menyuap hukum, di akhirat tidak ada negosiasi. Semua dibuka terang,” tegas Purnomo.
Menurutnya, narasi akhirat tentang koruptor seharusnya menjadi alarm keras bagi pejabat dan siapa pun yang diberi amanah.
“Masalah kita hari ini, banyak orang takut KPK tapi tidak takut neraka. Padahal azab akhirat jauh lebih kejam dan abadi,” tambahnya.
Pandangan Ulama: Harta Haram Adalah Racun
Sejumlah ulama terkemuka di Indonesia juga kerap mengingatkan bahwa harta hasil korupsi adalah harta haram murni yang tidak membawa keberkahan, bahkan pada keluarga yang menikmatinya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap daging yang tumbuh dari harta haram, maka neraka lebih layak baginya.”
(HR. Tirmidzi)
Ulama menegaskan, taubat dari korupsi tidak cukup dengan istighfar, tetapi harus mengembalikan hak rakyat secara nyata. Tanpa itu, dosa tetap melekat hingga hari pengadilan akhir.
Peringatan untuk yang Masih Hidup
Kisah ini bukan dongeng pengantar tidur, melainkan peringatan keras. Dunia mungkin bisa dibeli, opini bisa dipoles, dan hukum bisa dilobi. Namun akhirat tidak mengenal itu semua.
Harta haram tidak pernah menjadi nikmat. Ia hanya menunda azab.
Selama nyawa masih di badan, pintu taubat masih terbuka. Namun ketika waktu habis, penyesalan hanya menjadi jeritan hingga tanpa jawaban.
***
Tim Redaksi.