Notification

×

Iklan

Iklan

Perjalanan Panjang Manusia: Dari Ruh hingga Surga atau Neraka, Kita Masih di Titik Paling Singkat

Senin, 22 Desember 2025 | 21.00 WIB Last Updated 2025-12-22T14:02:27Z
Foto, tangkap layar dari unggahan akun Facebook di media sosial.


Gambar yang beredar luas di media sosial itu tampak sederhana, namun menghentak kesadaran. Sebuah ilustrasi kosmik menampilkan tahapan perjalanan manusia: ruh, kandungan, dunia, barzakh, kebangkitan, mahsyar, telaga, hisab, mizan, shirath, hingga surga atau neraka.



Di salah satu sudutnya tertulis kalimat menohok: “Kita masih di sini.”
Pesan visual ini bukan sekadar pengingat religius, tetapi refleksi eksistensial yang mendalam: hidup di dunia hanyalah satu fase paling singkat dari perjalanan manusia yang sangat panjang.


Dunia: Singgah Sebentar, Dampaknya Selamanya

Dalam berbagai literatur Islam, dunia kerap disebut sebagai darul imtihan artinya tempat ujian. Rasulullah SAW bahkan mengibaratkan kehidupan dunia seperti seseorang yang berteduh sejenak di bawah pohon, lalu pergi meninggalkannya.


Para ulama sepakat, usia manusia di dunia hanyalah sementara meski mencapai puluhan tahun tapi tidak sebanding dengan fase setelah kematian. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menegaskan bahwa dunia adalah ladang, sedangkan akhirat adalah tempat panen. Apa yang ditanam di dunia, itulah yang akan dituai kelak.


Barzakh: Fase yang Sering Dilupakan

Setelah kematian, manusia tidak langsung menuju penghakiman akhir, melainkan memasuki alam barzakh. Banyak riwayat menyebutkan, fase ini bisa terasa panjang dan menentukan kenyamanan seseorang menunggu hari kebangkitan.


Di sinilah amal perbuatan mulai “berbicara”. Shalat, sedekah, kejujuran, dan akhlak baik menjadi penenang. Sebaliknya, kezalimanan dan dosa menjadi penyesalan yang tak bisa diperbaiki.


Mahsyar hingga Shirath: Puncak Pertanggungjawaban

Tahapan mahsyar, hisab, mizan, dan shirath digambarkan sebagai fase paling menegangkan dalam perjalanan manusia. Tidak ada harta, jabatan, atau pengaruh yang bisa menyelamatkan, kecuali amal dan rahmat Allah.


Ulama Indonesia seperti KH Quraish Shihab kerap mengingatkan bahwa Islam bukan hanya soal ritual, tetapi juga keadilan sosial, kejujuran, dan kepedulian terhadap sesama. Semua itu akan ditimbang secara adil, sekecil apa pun.


Surga atau Neraka: Tujuan Akhir

Ilustrasi itu menempatkan surga dan neraka di puncak tangga, seolah ingin menegaskan: tujuan akhir perjalanan ini bukan dunia. Dunia hanyalah anak tangga kecil menuju keabadian.


Pesan sosialnya jelas: terlalu berlebihan mencintai dunia, namun abai pada nilai dan moral, adalah kekeliruan besar. Sebaliknya, bekerja, berkeluarga, dan berkontribusi di dunia dengan niat baik justru menjadi bekal utama menuju keselamatan akhir.


Refleksi untuk Hari Ini

Ilustrasi tersebut viral bukan tanpa sebab. Di tengah hiruk-pikuk ambisi, konflik, dan kegelisahan hidup modern, pesan ini menjadi alarm sunyi: kita masih di perjalanan, dan perjalanan ini sangat panjang.


Pertanyaannya bukan lagi berapa lama kita hidup, tetapi untuk apa kita hidup, dan bekal apa yang sedang kita siapkan.
Karena pada akhirnya, dunia akan ditinggalkan. Yang ikut bersama kita hanyalah amal, niat, dan jejak kebaikan.


Berikut ulasan pandangan Islam dan pandangan ulama terkemuka di Indonesia tentang perjalanan hidup manusia sebagaimana tergambar dalam ilustrasi tersebut.


Pandangan Islam: Hidup adalah Rangkaian Perjalanan, Dunia Bukan Tujuan

Dalam Islam, kehidupan manusia tidak dimulai saat lahir dan tidak berakhir saat mati. Ia adalah rangkaian panjang yang sudah ditetapkan Allah SWT, sebagaimana tergambar jelas dalam Al-Qur’an dan hadis.


1. Dunia Hanya Fase Paling Singkat
Allah SWT berfirman:

“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS. Al-Hadid: 20).

Islam memandang dunia sebagai tempat ujian (darul imtihan), bukan tempat pembalasan. Umur panjang atau pendek tidak menjadi ukuran utama, melainkan bagaimana manusia mengisinya dengan iman dan amal saleh.

Rasulullah SAW bersabda:

“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir.”
(HR. Bukhari).

Hadis ini menegaskan bahwa manusia hanya singgah sementara, sebagaimana pesan kuat dalam ilustrasi: “Kita masih di sini.”

2. Setelah Mati, Perjalanan Justru Dimulai

Islam menegaskan bahwa setelah kematian, manusia masuk ke alam barzakh, lalu dibangkitkan, dikumpulkan di mahsyar, dihisab, ditimbang amalnya (mizan), melewati shirath, hingga berakhir di surga atau neraka.


Semua tahapan itu bersifat nyata dan pasti, bukan simbolis. Dunia hanyalah satu anak tangga kecil menuju keabadian.


Pandangan Ulama Terkemuka Indonesia

1. Prof. Dr. Quraish Shihab
Quraish Shihab menegaskan bahwa kesalahan terbesar manusia modern adalah:

“Menjadikan dunia sebagai tujuan, bukan sebagai sarana.”

Menurutnya, Islam tidak melarang kenikmatan dunia, tetapi melarang ketergantungan hati pada dunia. Dunia harus menjadi jalan menuju akhirat, bukan pengganti akhirat.


Ia juga menekankan bahwa:

Orang baik bisa diuji dengan kesulitan
Orang yang tampak buruk bisa diberi kelapangan rezeki

"Semua itu bukan tanda cinta atau murka Allah, melainkan ujian.


2. KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)

Gus Mus sering mengingatkan bahwa:

“Yang berbahaya bukan dunia, tapi cinta dunia yang berlebihan.”

Menurut beliau, ilustrasi perjalanan hidup seperti ini penting untuk melunakkan hati yang keras. Manusia sering merasa hidupnya panjang, padahal kematian bisa datang kapan saja.


Gus Mus menekankan pentingnya:

1. Akhlak
2. Kejujuran
3. Kepedulian sosial


Karena semua itu akan menjadi penyelamat di akhirat, bukan status atau kekayaan.


3. KH Ma’ruf Amin

KH Ma’ruf Amin dalam banyak ceramahnya menyampaikan bahwa Islam mengajarkan keseimbangan:

“Bekerja untuk dunia seolah hidup selamanya, dan beramal untuk akhirat seolah mati besok.”

Artinya, dunia tidak boleh ditinggalkan, tetapi tidak boleh melalaikan tujuan akhir kehidupan.


4. Buya Syafii Maarif (almarhum)

Buya Syafii Maarif menekankan dimensi etika dan keadilan sosial. Menurutnya, kesalehan sejati tidak hanya tampak dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam:

1. Kejujuran
2. Anti korupsi
3. Membela yang lemah


Semua itu akan menjadi pertanggungjawaban serius di hadapan Allah kelak. Jadi, pesan kuat dari sebuah Ilustrasi dari perjalanan hidup manusia tersebut sejalan dengan ajaran Islam dan pandangan para ulama. Pesannya tegas namun lembut:

1. Dunia bukan tujuan akhir
2. Hidup adalah ujian singkat
3. Akhirat adalah tempat pembalasan yang kekal


Selama manusia masih berada di fase “dunia”, kesempatan memperbaiki diri masih terbuka. Karena setelah melewati satu anak tangga berikutnya, tak ada lagi ruang untuk menyesal.


Islam mengajarkan satu hal mendasar:
yang terpenting bukan seberapa lama kita hidup, tetapi ke mana arah perjalanan kita.


***
Tim Redaksi.