Queensha.id - Edukasi Sosial,
Fitnah antar tetangga kerap menjadi bara kecil yang membakar harmoni sosial. Berawal dari bisik-bisik, isu tak berdasar bisa menjelma konflik berkepanjangan, merusak reputasi, bahkan memecah persaudaraan di lingkungan tempat tinggal.
Fenomena ini masih sering terjadi di masyarakat, terutama di lingkungan permukiman padat di mana interaksi sosial berlangsung intens.
Lalu, bagaimana cara menghadapi tetangga yang gemar menyebarkan fitnah tanpa ikut terjerumus dalam lingkaran konflik?
Perspektif Sosial: Jangan Terpancing Emosi
Pengamat sosial Jepara, Purnomo Wardoyo, menilai fitnah antar tetangga biasanya muncul akibat kecemburuan sosial, kesalahpahaman, atau minimnya komunikasi yang sehat.
“Fitnah itu sering lahir dari prasangka dan rasa tidak aman. Jika disikapi dengan emosi, konflik justru akan membesar. Kunci utamanya adalah ketenangan dan kecerdasan sosial,” ujar Purnomo, Selasa (30/12/2025).
Menurutnya, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan fakta, bukan asumsi. Korban fitnah disarankan tidak langsung bereaksi di ruang publik, apalagi melalui media sosial, karena dapat memperkeruh keadaan.
“Jika memungkinkan, klarifikasi secara elegan melalui tokoh masyarakat atau RT/RW. Jangan membalas fitnah dengan fitnah,” tegasnya.
Purnomo juga menekankan pentingnya membangun rekam jejak sosial yang baik. Sikap konsisten, terbuka, dan beretika akan menjadi banteng alami yang melindungi seseorang dari isu negatif.
Pandangan Islam: Fitnah Lebih Kejam dari Pembunuhan
Dalam Islam, fitnah dipandang sebagai dosa besar. Al-Qur’an secara tegas menyebut bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, karena dampaknya yang merusak kehormatan dan persatuan umat.
Islam mengajarkan agar seorang Muslim tidak mudah mempercayai kabar yang belum jelas kebenarannya. Prinsip tabayyun (klarifikasi) menjadi fondasi utama dalam menghadapi isu dan gosip.
Rasulullah SAW juga mengajarkan kesabaran dan akhlak mulia dalam menghadapi celaan.
Namun, Islam tidak melarang umatnya untuk membela diri secara proporsional jika kehormatan terancam.
Dalam konteks bertetangga, Islam mendorong penyelesaian masalah melalui musyawarah, mengedepankan maaf, tanpa mengorbankan harga diri dan kebenaran.
Antara Sabar dan Tegas
Menghadapi tetangga yang suka memfitnah bukan perkara mudah. Dibutuhkan keseimbangan antara kesabaran dan ketegasan. Diam boleh, selama tidak memperkuat kebohongan. Bicara perlu, selama dilakukan dengan adab dan tujuan meluruskan.
Ketika fitnah sudah mengganggu kehidupan sosial dan psikologis, jalur hukum dan mediasi formal tetap menjadi opsi terakhir yang sah.
Pada akhirnya, menjaga akhlak, memperkuat komunikasi, dan menyerahkan penilaian akhir kepada Tuhan menjadi sikap paling bijak dalam menghadapi fitnah yang menggerogoti ketenteraman bertetangga.
***
Tim Redaksi.